BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Banyak pandangan
dari beberapa aliran mengatakan bahwa, peristiwa dan pengalaman individu
menyebabkan terjadinya gangguan emosional. Padahal bukanlah pengalaman atau
peristiwa eksternal yang menimbulkan emosional, akan tetapi tergantung kepada
pengertian yang di berikan terhadap peristiwa atau pengalaman itu. Gangguan emosi
terjadi disebabkan pikiran-pikiran seorang yang bersifat irrasional terhadap
peristiwa dan pengalaman yang dilaluinya (Albert
Ellis).
Pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan behavior
kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku dan
pikiran. Pandangan
dasar pendekatan ini tentang manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi
untuk berpikir irasional yang salah satunya didapat melalui belajar sosial. Di samping itu, individu juga
memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk berpikir rasional. Pendekatan ini bertujuan untuk mengajak
individu mengubah pikiran-pikiran irrasionalnya
ke pikiran yang rasional melalui teori ABCDEF.
B.
Rumusan Masalah
Dari beberapa uraian latar belakang di atas, maka
dapat kami simpulkan beberapa
rumusan masalah dalam pembahasan ini, di antaranya :
1.
Apa pengertian REBT?
2.
Bagaimana konsep dasar REBT?
3.
Apa yang di maksud teori ABC dan DEF?
4.
Bagaimana hakekat manusia dan perilaku individu
yang bermasalah?
5.
Apa tujuan konseling dan peran
konselor?
6.
Bagaimana teknik dan proses konseling?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Rational
Emotive Behavior Therapy
(REBT)
Teori Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) pertama kali dikembangkan oleh
Albert Ellis pada tahun
1962, seorang
Doktor dan Ahli dalam Psikologi Terapeutik yang juga seorang eksistensialis
sekaligus seorang Neo Freudian. Kata Rational yang dimaksud Ellis adalah kognisi atau proses berpikir yang efektif dalam
membantu diri sendiri (self helping)
bukan kognisi yang valid secara empiris dan logis. Dan kata behavior
(tingkah laku) pada pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT)
dengan alasan bahwa tingkah laku sangat terkait dengan emosi dan perasaan.
Menurut Ellis
(dalam Latipun, 2001 : 92),
berpandangan bahwa REBT
merupakan terapi yang sangat komprehensif, yang menangani masalah-masalah yang
berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku. Rasional emotive
adalah teori yang berusaha memahami manusia sebagaimana adanya. Manusia adalah
subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya.
Manusia adalah makhluk berbuat dan berkembang dan merupakan individu dalam satu
kesatuan yang berarti manusia bebas, berpikir, bernafas, dan berkehendak. (Willis, 2004).
Yang dimaksud dengan konseling Rational
Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah konseling yang
menekankan interaksi
berfikir dan akal
sehat (rasional thingking), perasaan
(emoting), serta berperilaku (acting). Bahwa teori ini menekankan bahwa suatu perubahan yang
mendalam terhadap cara berpikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam
cara berperasaan dan berperilaku.
B.
Konsep Dasar
Konsep dasar REBT
adalah, bahwa seseorang berkonstribusi terhadap munculnya problem psikologis,
baik yang ditunjukkan dalam gejala-gejala yang spesifik hingga pada
interpretasi terhadap suatu peristiwa atau situasi tertentu. Setiap
manusia yang normal memiliki pikiran, perasaan dan perilaku yang ketiganya
berlangsung secara simultan.
Konsep dasar yang
di kembangkan Albert Ellis adalah :
1.
Pemikiran
manusia adalah penyebab dasar dari gangguan emosional.
2.
Manusia
mempunyai potensi pemikiran rasional dan irrasional.
3.
Pemikiran
dan emosi tidak dapat di pisahkan.
4.
Pada
diri manusia sering terjadi self-verbalization,
yaitu mengatakan sesuatu terus-menerus kepada dirinya.
5.
Pemikiran
tak logis (irrasional) dapat dikembalikan kepada pemikiran logis dengan
reorganisasi persepsi. Pemikiran tak logis itu merusak dan merendahkan diri
melalui emosionalnya.
Pandangan dari pendekatan ini tentang
kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep teori Albert Ellis. Ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu,
kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan teori ABC, kemudian
ditambahkan D, E dan F untuk mengakomodikasi perubahan
tersebut :
a.
Activating event (A)
Yaitu
segenap peristiwa luar yang dialami individu. Peristiwa pendahulu yang berupa
fakta, kejadian, tingkah laku atau sikap orang lain. Seperti : masalah-masalah keluarga, kendala-kendala pekerjaan,
trauma-trauma masa kecil, dan hal-hal lain yang kita anggap sebagai penyebab
ketidakbahagiaan.
b.
Belief (B)
Yaitu
keyakinan, pandangan, nilai atau verbalisasi diri individu terhadap suatu
peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional
(rational belif atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irasional belif
atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berfikir atau sistem keyakinan
yang tepat, masuk akal dan bijaksana. Sedangkan keyakinan yang tidak rasional
merupakan keyakinan yang sistem berfikir seseorang yang salah, tidak masuk akal
dan emosional.
c.
Emotional consequence (C)
Merupakan
konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam membentuk
perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan activating event (A). Konsekuensi
emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa
variable antara lain dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
d.
Disputing irrational (D)
Yaitu melakukan perlawanan terhadap keyakinan irasional.
e.
Effective new philosophy of life (E)
Yaitu
mengembangkan filosofi dan keyakinan-keyakinan baru yang positif.
f.
Perasaan/feelings
(F)
Yaitu
aksi
yang akan dilakukan lebih lanjut dan perasaan baru, dengan
demikian kita tidak akan merasa tertekan, melainkan kita akan merasakan segala
sesuatu sesuai dengan situasi yang ada.
C.
Proses Berfikir
Menurut pandangan
pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT), individu memiliki
tiga tingkatan berpikir, yaitu berpikir tentang apa yang terjadi berdasarkan
fakta dan bukti-bukti (inferences), mengadakan penilaian terhadap fakta
dan bukti (evaluatian), dan keyakinan terhadap proses inferences dan
evaluasi (core belif) (forggatt, 2005, p. 4).
Ellis
berpendapat bahwa yang menjadi sumber terjadinya masalah-masalah emosinal
adalah evaluative belief yang dikenal
dalam istilah REBT adalah irrational belief yang dapat dikatagorikan menjadi
empat, yaitu :
· Demands (tuntutan)
Adalah ekspetasi yang tidak realistis dan absolut
terhadap kejadian atau individu yang dapat dikenali dengan kata-kata seperti :
harus, sebaiknya dan lebih baik.
· Awfulising
Adalah cara berlebih-lebihan konsekuensi negatif dari
suatu situasi sampai pada level yang ekstrim sehingga kejadian yang tidak
menguntungkan menjadi kejadian yang menyakitkan.
· Low frustation tolerance (LFT)
Adalah kelanjutan dari tuntutan untuk selalu berada dalam
kondisi nyaman dan merefleksikan ketidaktoleransian terhadap ketidaknyamanan.
· Global
evaluations of human worth
Yaitu menilai keberhargaan diri sendiri dan orang lain.
Hal ini bermakna bahwa individu dapat diberi peringkat yang berimplikasi bahwa
pada asumsi beberapa orang lebih buruk atau tidak berharga dari yang lain (Walen et. al., 1992, pp. 17-18).
Selanjutnya,
Ellis membagi fikiran individu dalam
tiga tingkatan. yaitu:
Ø Pikiran Dingin (Cool)
Yaitu
pikiran
yang bersifat deskriptif sendiri dan mengandung sedikit emosi.
Ø Pikiran
yang hangat (Warm)
Yaitu
pikiran
yang mengarah pada satu preferensi atau keyakinan rasional, pikiran ini
mengandung unsur evaluasi yang mempengaruhi pembentukan perasaan.
Ø Pikiran yang panas (Hot)
Pikiran yang mengandung unsur
evaluasi yang tinggi dan penuh dengan perasaan (Nelson-Jones, 1995, p. 313).
D.
Hakekat manusia dan perilaku individu yang bermasalah
Menurut padangan teori REBT, bahwa manusia sejak
lahir memiliki potensi untuk berfikir
rasional dan irasional. Manusia mempunyai potensi untuk mengembangkan diri,
berbahagia, berfikir dan berpendapat, bekerja sama dengan orang lain. Namun
pada sisi lain, manusia juga memiliki potensi untuk menghancurkan atau merusak
diri sendiri, mengingkari pikiran-pikirannya, intoleran (tidak toleran), menolak
realitas. Dan manusia pun
memiliki kecenderungan untuk terpaku pada pola-pola tingkah laku lama yang
disfungsional dan mencari berbagai cara untuk terlibat dalam sabotase diri.
Ketika seseorang berfikir dan berperilaku rasional,
maka ia akan hidup efektif dan bahagia. Sebaliknya, jika seseorang berfikir dan
berperilaku irasional, maka ia akan menjadi tidak efektif dan tidak bahagia.
Hambatan psikologis terjadi sebagai akibat dari cara berfikir yang irasional
dan tidak logis. Jadi, perilaku bermasalah adalah perilaku yang didasarkan pada
cara berfikir yang irasional, yang tidak dapat dibuktikan. Perilaku irasional
ini akan berakibat pada munculnya kecemasan, kekhawatiran, dan prasangka,
sehingga akan menghalangi individu untuk berkembang secara efektif dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam Gantina dkk (Gladding :
1992)
mengatakan bahwa,
Ellis
mengidentifikasi keyakinan
irasional individu yang dapat mengakibatkan masalah yaitu:
Ø
Untuk
menjadi orang yang berharga individu harus kompeten dan mencapai setiap
usahanya.
Ø
Orang yang tidak bermoral, kriminal dan nakal merupakan pihak yang
harus disalahkan.
Ø
Hal
yang sangat buruk dan menyebalkan adalah bila segala sesuatu tidak terjadi
seperti yang saya harapkan.
Ø
Ketidakbahagiaan
merupakan hasil dari peristiwa
eksternal yang tidak dapat dikontrol oleh diri sendiri.
Ø
Sesuatu
yang membahayakan harus menjadi perhatian dan harus selalu diingat dalam
fikiran.
Ø
Lari
dari kesulitan dan tanggung jawab dari pada menghadapinya.
Ø
Seseorang harus memiliki orang lain sebagai
tempat bergantung dan harus memiliki seseorang
yang lebih kuat yang dapat menjadi tempat bersandar.
Ø
Masa
lalu menentukan tingkah laku saat ini dan tidak bisa diubah.
Ø
Individu
bertanggung jawab atas masalah dan kesulitan yang dialami oleh orang lain.
Menurut Albert
Ellis juga menambahkan bahwa secara biologis manusia memang diprogram untuk selalu menanggapi pengondisian-pengondisian semacam ini. Keyakinan-keyakinan irasional tadi biasanya berbentuk
pernyataan-pernyataan absolut. Ada beberapa jenis “pikiran-pikiran yang
keliru” yang biasanya diterapkan orang, di antaranya :
1.
Mengabaikan
hal-hal yang positif,
2.
Terpaku
pada yang negatif,
3.
Terlalu
cepat menggeneralisasi.
Seseorang tidak mampu berfikir secara
rasional dikarenakan ia tidak berfikir jelas tentang keadaan saat ini dan yang
akan datang, antara realitas dan imajinasi. Tidak mandiri selalu tergantung
pada perencanaan dan pemikiran orang lain. Berfikir irasional diawali dengan
belajar secara tidak logis yang diperoleh dari pengalamannya dalam keluarga,
orang tua, dan budaya tempat individu dibesarkan. Berfikir irasional akan
tercermin dari kata-kata yang
digunakan. Kata-kata
yang tidak logis mencerminkan cara berfikir yang salah, sebaliknya, kata-kata yang tepat mencerminkan cara
berfikir yang tepat.
E.
Tujuan konseling dan peran konselor dalam REBT
Konseling REBT bertujuan memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berfikir,
keyakinan, serta
pandangan klien
yang irrasional menjadi rasional, sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai
realisasi diri yang optimal. Menghilangkan gangguan emosional yang dapat merusak diri, seperti
rasa takut, bersalah, berdosa, cemas, marah, atau khawatir, sebagai akibat berfikir yang irrasional, melatih dan
mendidik klien agar dapat menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan
membangkitkan kepercayaan diri, nilai-nilai dan kemampuan diri.
Oleh karena itu dalam konseling, konselor membantu klien untuk mengenali insight yang
menjadi penyebab perilaku irasionalnya. REBT membantu klien mendapatkan tiga jenis insight :
Ø
Insight #1
Klien
memahami bahwa perilaku disfungsionalnya terjadi tidak hanya karena penyebab di
masa lalu, tetapi bahwa penyebab tersebut masih ada dalam pikiran klien sampai
saat ini.
Ø
Insight #2
Klien
memahami
bahwa apa yang mengganggunya
saat ini karena keyakinan irasional yang terus dipertahankannya.
Ø
Insight #3
Klien
memahami bahwa tidak ada jalan lain untuk keluar dari hambatan psikologis yang
dialaminya dengan cara mengamati, mendeteksi, dan melawan keyakinannya yang
irasional dengan keyakinan yang rasional.
Setelah klien
mendapatkan tiga insight tersebut, kemudian konselor menunjukkan kepada klien
bahwa verbalisasi-verbalisasi dirinya masih merupakan sumber utama dari
gangguan-gangguan emosional yang dialaminya. Konselor
mendorong klien
untuk menguji secara kritis nilai-nilai dirinya yang paling dasar, sehingga
memberikannya "intellectual insight", yaitu pengetahuan bahwa
ia bertindak buruk dan keinginan untuk memperbaiki perilakunya. Apabila proses
ini berhasil, klien
akan memperoleh "emotional insight", yaitu tekad untuk bekerja
keras merubah atau reconditions terhadap perilakunya.
F.
Teknik
dan Proses Konseling
Dalam teknik REBT, konselor tidak hanya membantu klien mengatasi hambatan emosionalnya
secara spesifik (yang disampaikan ke konselor), tetapi juga hambatan emosional
secara umum. Proses konseling bertujuan untuk membebaskan pikiran-pikiran
irasional klien,
karena pada dasarnya semua manusia adalah makhluk rasional, dan oleh karena
sumber ketidakbahagiaan (gangguan emosional) adalah pikiran yang irasional. Maka klien dapat mencapai kebahagiaan dengan
belajar berfikir rasional, sehingga proses konseling sebagian besar merupakan
proses belajar-mengajar dan membutuhkan waktu yang panjang.
Beberapa teknik yang
digunakan dalam REBT
adalah :
1.
Teknik Emotive
Menurut Corey (1995) ada beberapa teknik
emotif, yaitu :
Ø
Assertive
training
Yaitu
melatih dan membiasakan klien terus menerus menyesuaikan
dirinya dengan perilaku tertentu
yang
diinginkan.
Ø
Sosiodrama
Yaitu
mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan klien (perasaan-perasaan
negatif) melalui suatu suasana yang dramatisasikan sehingga klien dapat secara
bebas mengungkapan dirinya sendiri baik secara lisan, tulisan ataupun melalui
gerakan-gerakan dramatis.
Ø
Self
modeling
Yaitu
menghilangkan
perilaku tertentu, dimana konselor
menjadi model dan klien berjanji akan mengikuti.
2.
Teknik Behavioristik
Ada dua teknik
behavioristik yaitu :
Ø
Reinforcement
Yaitu
mendorong
klien kearah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan
pujian verbal kepadanya.
Ø
Social modeling
Yaitu
menggambarkan
perilaku-perilaku
tertentu, khususnya situasi-situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk
percakapan sosial, interaksi dengan memecahkan masalah-masalah.
3.
Teknik Kognitif
Teknik kognitif yang
cukup dikenal adalah Home Work Assigment atau teknik tugas rumah, digunakan
agar klien dapat membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai
tertentu yang menuntun pola perilaku yang diharapkan (Corey,
1995).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Rational Emotive
Behavior Therapy (REBT) adalah konseling yang menekankan interaksi berfikir dan akal sehat (rasional thingking), perasaan (emoting),
serta berperilaku (acting). Bahwa teori ini menekankan bahwa suatu perubahan yang
mendalam terhadap cara berpikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam
cara berperasaan dan berperilaku.
Konsep dasar REBT
adalah, bahwa seseorang berkonstribusi terhadap munculnya problem psikologis,
baik yang ditunjukkan dalam gejala-gejala yang spesifik hingga pada
interpretasi terhadap suatu peristiwa atau situasi tertentu. Setiap
manusia yang normal memiliki pikiran, perasaan dan perilaku yang ketiganya
berlangsung secara simultan.
Ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu,
kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan teori ABC, kemudian
ditambahkan D, E dan F yaitu :
1.
Activating event (A)
2.
Belief (B)
3.
Emotional consequence (C)
4.
Disputing irrational (D)
5.
Effective new philosophy of life (E)
6.
Perasaan/feelings
(F)
Menurut padangan teori REBT, bahwa manusia sejak
lahir memiliki potensi untuk berfikir
rasional dan irasional. Manusia mempunyai potensi untuk mengembangkan diri,
berbahagia, berfikir dan berpendapat, bekerja sama dengan orang lain. Namun
pada sisi lain, manusia juga memiliki potensi untuk menghancurkan atau merusak
diri sendiri, mengingkari pikiran-pikirannya, intoleran (tidak toleran),
menolak realitas.
Proses konseling bertujuan untuk membebaskan pikiran-pikiran
irasional klien,
karena pada dasarnya semua manusia adalah makhluk rasional, dan oleh karena
sumber ketidakbahagiaan (gangguan emosional) adalah pikiran yang irasional. Maka klien dapat mencapai kebahagiaan dengan
belajar berfikir rasional, sehingga proses konseling sebagian besar merupakan
proses belajar-mengajar dan membutuhkan waktu yang panjang.
Ada
beberapa
teknik yang digunakan dalam REBT
adalah :
1.
Teknik Emotive
2.
Teknik Behavioristik
3.
Teknik Kognitif
B.
Saran
Seharusnya setiap
orang dapat berfikir rasional, agar mereka dapat berfikir secara positif dan
merasa bahagia tanpa ada beban yang selalu membayanginya (positive thinking).
terima kasih sudah melihat post saya, semoga bermanfaat :-)